Ust. Yusuf Mansur Diary

Diary Online Ustadz Yusuf Mansur

Tanya Jawab SMS 1

(+628561XXXXX)

Assalamualaikum Ustadz

Sms ane gak dibales juga tidak masalah. Sms ini dah delivered aje ane senengnya bukan main. Ane cuma mau bilang  Terimakasih banyak untuk upaya Ustadz bikin kuliah online. Ane gak bisa berenti baca tu materi.

Kerjaannya nangis mulu tiap baca materi dari Ustadz. Alhamdulillah ane dhuha mulai lancar. Sekarang lagi tambah tahajjudnya. Alhamdulillah juga ane belum ada hajat yang mendesak. Tapi tak apa, ane month belajar Istiqomah baik ada hajat maupun enggak. Sekali lagi terima kasih ustadz dan seluruh pasukannya. Semoga Allah membalasnya dengan triliun kebaikan dunia akhirat buat ustadz istri, dan anak-anak. keluarga besar ustadz semua pasukan dan pengikut Ustadz zampe akhir jaman. Aminya Rabb..
Wassalam

(+621158XXXXXX)

Assalamu’alaikum
Ustadz saya Ny. YS pernah direkomendasikan PPPA Tampil di trans TV
mukjijat sedekah, mohon dibantu doa karena saat ini sedang menunggu lahiran anak pertama kami…agar dimudahkan segalanya,dan mohon input nama tengah buat calon baby perempuan, kami berencana memberikan nama Annisa untuk nama depannya terima kasih.

( Jawab )

Nama Annisa bagus, tp belum ada do’a. kalo ia perempuan, diberi nama annisa yg artinya perempuan blm ngaruh apa2. Tambahin nanti yag sekiranya jadi doa ya. Misalnya annisa rizkia ( Kaitannya dengan rizki ) Annisa Rahima ( kaitannya dengan penyayang) annisa hafidzah kaitannya dengan hafal Al Qur’an, dll.
Nama hrs sesuai bnr2 dg bahasa arab. Maksud dan nawaitu ayah ibunya memberi nama itu jg insya Allah sgb doa yang melekat dlm diri anak kita. Salam dan doa u/ ibu, jabang bayi, dan keluarga semua.

January 8, 2010 Posted by | Tanya Jawab SMS | 299 Comments

Perjalanan Hidup bersama Allah 6

Pernah saya tunjukkan kepada istri saya, sebuah riwayat indah pasangan abadi sepanjang masa :
Sayyidatinaa Fathimah dan Sayyidina Ali. Seseorang yang pernah saya rindukan wajahnya untuk saya lihat.
Dulu saya pernah mengaji tentang imam Ali. Beliau kata guru saya diriwayatkan tidak pernah melihat kemaluannya, dan karena itu beliau digelari Karromawloohu Wajhah, wajah yang dimuliakan Allah. Tentu lepas dari itu, sebab memang beliau sangat menjaga mata, menjaga pandangannya.

Nah suatu hari saya tunjukkan satu riwayat tentang istrinya, yakni Sayyidatinaa Faathima Rodhiyallahu’ anhaa, Suatu hari, Fatimah berkata kepada suaminya. Perkataan Fatimah ini membuat saya hampir menangis, “Jika aku mati begitu kata Fatimah, “Mandikanlah aku dengan tanganmu wahai suamiku. Berikan bidara dan kafani aku, serta kuburkanlah aku diwaktu malam. Jangan sampai ada yang memandikan aku kecuali engkau wahai suamiku, dan jangan ada yang menyaksikan perkuburanku. Aku tidak menambah wasiatku dan aku titipkan engkau wahai suamiku kepada Allah sampai aku bertemu dengan mu kelak.. Jama’awloohu baini wa bainaka fii daarihii wa qurbi jiwaarih, Semoga Allah mengumpulkan aku dan engkau suamiku di Rumah-Nya dan di sisi-Nya. Dan istri saya pun berkaca-kaca matanya ketika saya katakan lembut kepadanya bahwa saya pun akan memegang wasiat ini kalau beliau menutup matanya kelak. Kecuali barangkali soal penguburan yang tidak mungkin zaman sekarang tidak ada yang tidak mengetahuinya.

Pergantian tahun 1430 H ke 1431 H sudah berlangsung. Dan pergantian tahun 2009 ke 2010 pun sudah akan kembali menjelang. Diantara muhasabah semua manusia di muka bumi, selain ia sebagai anak bagi orang tuanya, orang tua bagi anaknya, saudara bagi saudaranya, kawan bagi kawannya, adalah juga ia sebagai suami atau istri pasangannya. Selamat merenungkan apa ada kesalahan kita sebagai manusia kepada orang yang begitu sangat dekat dengan kehidupan kita. Salam buat semua belahan Jiwa.

Yusuf Mansur

December 24, 2009 Posted by | Cerita | | 71 Comments

Perjalanan Hidup bersama Allah 5

” Ga ada bangku lagi”

Kalo buat orang betawi, pantangan makan sambil berdiri. Jangan kata makan besar, makan2an ringan aja, pantangan berdiri. Bahkan minum. Minum pun kalo bisajangan berdiri.  Kemaren masih inget ya saya ditawarin makan?. Jadilah tuh saya makan. Saya masuk kedapurnya pertama kali semua lantainya tanah. Hanya ada 1 ruangan keramik. Yaitu tuang tamu. Masih tergambar dengan jelas oleh saya bentukan ruang tamu. Sofa rombeng menghias uang tamu, hehe. Sofa somplak kamimenyebutnya. Tp didudukinnya enak. Sebab kali halal belinya. Disitu mertua sama sodara2nya ngumpul2, sambil nyari kutu, hehehe.

Iya, agenda nyari kutu udah dak ada ya sekarang mah. Padahal jg kalo saya tanya mertua, gak ada juga kutunya. Cuma iseng aja. Ngebersihin pake tangannya beliau punya anak atau punya sodara. Tar ganti2an.

Setelah siap makan siang dihidangkan, saya kedapur
” Pake sendalnya…” kata pemilik rumah. Ya sebab sekeliling ruangan yg lain masih tanah. Kudu pake sendal. Alhamdulillah saya diambilkan bangku. Bangku ditarik, dan saya dipersilahkan makan. Maemunah juga mau makan.  Saya lihat dia makan sambil berdiri, spontan saya menegur…”De makan koq sambil berdiri…Duduklah”
Jawaban maemunah membuat hati saya pilu.
Jadi nyesel saya nanya.
Emang jawabannya apaan?
Jawaban Maemunah, ” Ga ada bangku lagi..ka”. Datar

Saya sontak ngelihat kekiri dan kekanan. Ya ga ada bangku lagi. Alias bangku yg saya pakai buat duduk inilah satu2nya.  Bangkunya bekas anak SD Negeri. Dari kayu. Dan bnr2 ga ada bangku laen!

Asli. Saya nyesel udah nanya. Nanya bukan nanya, tp negor negor kenapa makan sambil berdiri. Tp di situ tuh. Disitu saya membara di dada, dihati dan pikiran. Kalo emang ditakdirin menikah dgn Maemunah ini saya mau nyenengin.  Tau gak?, sederhana sekali saat itu keinginan saya, mau beliin bangku hehehe.  Saat itu saya tau diri. Ekonomi saya terlilit hutang, keadaan yg belum lagi normal, membuat saya hanya bisa berdoa semoga Alah mewujudkannya.

Dalam perjalanannya, saya kerap menasihati yg muda2, yang mau menikah. Nikah itu seperti hidup dan kehidupannya. Modalnya jangan duit. Tp iman dan ibadah, dan kebersamaan. Banyak anak2 muda yang berlimpah hidupnya, namun keberlimpahan itu malah membuatnya rapuh gak kuat. Banyaknya karunia, malah kemudian membuatnya boyor. Hidup serba ada diawal nikah itu, tidak selalu menjadi indah. Malahan bisa jadi awal bagi neraka kecuali dipegang sama yang hatinya kuat danbagus. Atau memang itu harta yg dibawa oleh si pasangan muda sebelomnya menikah, dan diperoleh dari keringatnya. Yg begini ini nih akan menjadi nostalgia disaat rumah tangga perlu pasangan yg kuat agar tidak gampang bubar.

Di awal2 saya menikah dan tinggal dirumah ini saya sering takjub. Karena bentuknya yg masih rumah jaman dulu, banyak binatang2 datang dengan damainya kerumah. Dan penghuninya pun tidak menanggapi terlalu gimana gitu. Pintu depan berongga, alias gak sampe tanah. Mungkin salah ngukur waktu belinya, kali gt. Sehingga kodok bisa dgn nyantainya masuk. Anak ayam aja nyelos, termasuk jg kucing. Bahkan Uler. Yg ini udah saya ceritain kemarenan, kisah yang lalu.

Juga karena ga make eternit, dan tembok kanan kiri rumah juga menyisain lobang sekitar 50CM, membuat uler2 kebon bisa seenaknya ngaso ngelingker di bumbungan eternit dari bambu gitu. Kalo lagi makan, seenaknya juga kadang kodok nontonin kami makan, hehehe. Belom uler yg ga pake permisi, Di rumah bang herman pun gitu, Bang Herman juga rumahnya setengah jadi sekelilingnya sawah ya keadaannya pun hampir rada sama.
Dan saya bersyukur saya pun terbiasa juga, rumah orang tua kami, di Bekasi bertahun2 ga kebangun. Tahu kan tipe 21 perumnas jaman dulu kayak apa dulu belinya?.

Ya kayak gitu,
jangan dibayangin kayak perumahaan jaman sekarang. Kalo perumahan jaman sekarang malah banyak yg udah full Furnished. Tapi kalo jaman dulu ya rumah batako, pengembangan diserahkan sm pembelinya. Rumah  orang tua kami, ya rada2 miriplah. Bedanya di perumnas.

Semua saya syukuri. Ketika sekarang Allah berikan banyak rizki, banyak hikmah yang kami dapat. Selain bersyukur, hikmah lainnya adalah kami bisa memotivasi adik2 kamu, sodara2 kami, kawan2 kamu, bahwa sungguh menikah itu modalnya bukan uang. Besok2 dah ya saya terusin lagi ceritanya. Bagaimana saya memulai pernikahan di th 1999 itu dgn modal 500rb rupiah. Orang sekarang merasa menikah itu perlu duit yg banyak. Baik buat biayanya maupun tetek bengeknya. Akhirnya kemuliaan pernikahan sbg ibadah berdua, yang tadinya sendirian,  malah menjadi hal yg gak diperhatiin lagi. Ok, terusin nanti ya. ( To be Continued )

December 16, 2009 Posted by | Cerita | | 39 Comments

Perjalanan Hidup bersama Allah 4

“Sayur Oyong Bening sama Sambel”

Ranjang berderit. Ini ditanyakan bahkan oleh adik saya mengupload tulisan ini. Ya ranjang berderit ini barangkali karena tempat tidur tua kali ya. Masya Allah, nbaru naikin kaki satu aja atau naro badan dikit, ini ranjang udah bunyi: Ngeeeek……Ngiiiiik….

Zaman engkong Nadi babehnya mertua saya, dua2nya udah almarhum, ini ranjang udah ada. Kebayang kan tuanya. Tapi tetap saya syukuri. Diranjang inilah ” Huurun iin”, Permata saya.  Istri saya maemunah. yg kejaga pandangannya. Kejaga matanya. Kejaga juga tangan dan kakinya.

Subhanallaah…deh. Istri saya ini memang Subhanallaah.. kayak negeri dongeng. Dia ga pernah megang dan dipegang laki2. Karena mungkin umurnya. Saat itu baru 14 th. Tapi memang sih, 14 TH nya anak sekarang seperti saya bilang tempo hari, ya beda banget. Sebagai anak  kampung, Maemunah kejaga. Sama seperti anak2 yang lain. Beruntunglah ketapang. Sebagai kampung kecil di pinggiran mentok Jawa Barat. TV baru ada di sono tahun-tahun 1990.  Lumayan selamat dari pengaruh TV saat itu. Hanya satu dua orang kaya. Kalo ga juragan telor, juragan ayam, ya pak haji yang pergi haji pake jual tanah lalu besisa uangnya. Selebihnya, masyarakat petani dan pekebun. Kalaulah mereka ada duit, mereka pasti sudah akan memilih ditabung buat makan anak2nya, atau ditabung buat beli pupuk dan obat2an besawah dan beladang.

Sekarang perubahan nih kampung kelewat cepet. Perumahan meringsek, seiring dengan jadinya propinsinya banten. Tanggerang menggeliat. Ada sisi negatifnya. Embun pagi udah ga ada. Kabut sore hari juga udah gak ada. Dulu suara kodok,  jangkerik,  murah di dengar. Sekarang ?, wuah langka banget. Tokek juga jarang, Dulu nih ya uler aja keluar masuk rumah, biasa.
Kita-kita lagi nongkrong nih di depan rumah, diatas bale, dibawah pohon mangga 3 uler lewat begitu saja depan kami2. Menghentikan sejenak obrolan kami2. Tentu saja tanpa permisi hehehe. Yang namanya kodok masuk rumah, jangan ditanya dah. Ihhh, ceritanya kayak dimanaaa gitu yaa, tapi percaya atau tidak, sebagian Jakarta saja, 1995-1999 masih kayak gitu deh. Yakin. Sekarang mah kontrakan dimana-mana berdiri. Indomaret, Alfamart, bahkan Giant dan Carefour udah masuk kampung.

Istri saya dibesarkan di kultur Betawi yang pagi siang malam, mengaji. Sebagai gambaran nih ya, istri saya pendiam. Asli pendiam. Surabaya-Banyuwangi, yang pake bus bisa 8 jam, yakin, huruf a juga ga keluar dari mulutnya. Dia bilang, dia gak bisa ngomong. Bukan gak suka ngomong.  Kawan-kawannya bilang, kalo ngerumpi, ga bisa ngajak si Nunun ( Panggilan kawan-kawan istri ke istri saya ). Ga seru. Ga pernah nimpalin.

Wah, kok jadi muji2 istri ya? Ga apa2 deh. Emang layak dipuji. Masaknya juga jago. Bikin sambelnya mantab. Istri saya ini juga wasilah saya semangat mencari rizki. Yah, para istri sangat berperan memberi semangat mancari rizki sebelom nikah, saya pernah silaturahim ke rumah istri. Sekitaran Agustus 1999. Waktu itu saya pulang ngajar di salah satu Madrasah di ketapang. Maenlah saya kerumah beliau Camer, Calon mertua, Saya ditawarin makan.
“Nun ,  kakanya sediain makan. Punya apa tuh kita?”,  saya senang tp yang ditanya gelagapan. Sebab barangkali tahu, ni emak maen nawarin aja, ga mikir ga ada apa2. Gitu tuh cerita istri di kemudian hari.

Alhamdulillah, ternyata ada menu kesukaan saya. Sayur Oyong bening, alias a ada apa2nya lagi..Engga ding. Yah namanya aja udah sayur Oyong bening. Ya emang ga ada apa2 kecuali ya Oyongnya. Tapi di sebagian keluarga betawi yang berkecukupan, sayur oyong ini ditambah bakso, udang, tahu,  dll. Tapi ya tetap alhamdulillah. Saat itu, makanannya saya, 1 Indomie buat 8 orang. Ya, saya tinggal dirumahnya Bang Herman. Abang2an saya. Dia anaknya 5. Sama saya jadi enam. Plus dia dan istrinya, 8. Karena serba  pas2an,  kadang lauknya itu mie rebus 1 bungkus. Yg penting Nyium wanginya. Gitu. Atau kaloi malam beli nasi goreng sebungkus kemudian dicampur nasi putih buat dimakan ber-8. jadi kl ada sayur oyong, wah itu udah barang langka buat saya.

Siang itu, saya dapet menu tambahan istimewa.  Ada sambelnya Alhamdulillah, nikmat sekali. Emang ya jamaah, kalo ukurannya adalah ukuran bawah, maka segala nikmat yg terhidang niscaya bs disyukuri. Ada 1 kejadian, sblm makan, yg menjadi pemacu saya mencari rizki, dan sy inget sepanjang masa… ( Bersambung )

December 16, 2009 Posted by | Cerita | | 32 Comments

Perjalanan Hidup bersama Allah 3

Habis dijawab tidur sama saya, istri yang kebingungan, tetep sami’naa wa atho’na. He he, saya geli kalo inget ini. Saya pun aslinya kebingungan. Saya masuk ke kamar yang asing buat saya. Diikuti sama istri saya. Sambil bawa bantal di tangannya, he he he. Diikuti istri saya, sebab saya yang duluan masuk.

Kamar dengan lampu 10 watt itu tidak berlantai keramik. Lantainya tanah. Saya lupa apakah saat itu, 1999, Tangerang masih Jabar atau sudah Banten. Dua-duanya, wajar. Wajar apa? Ya, jika Tangerang masuk Jabar, maka Tangerang adalah dulu termasuk ujungnya Jabar. Wajar saja geliat pertumbuhan ekonomi tidak terlalu cantik dilihat. Kalo pun udah masuk Banten, mestilah dulu juga wajar belom kepikiran sebab masih di awal-awal.

Saya mengingat, Kampung Ketapang baru pada punya TV itu tahun 2000. Tahun 1999 hanya 1-2 yang punya. Subhaanallaah kan? Dan mestinya malah alhamdulillah. Adem. Adem ga ada tv, he he he. Ga ketergantungan dengan tv seperti sekarang.

Dulu, di Kampung Ketapang dingin. Tidur malem itu kalo ga pake baju, kedinginan. Itu juga mesti pake kaos kaki. Pohon di mana-mana. Rindang. Kebun-kebun, sawah, masih belom diganti dengan perumahan-perumahan baru nan angkuh, dan kontrakan-kontrakan yang ga berstuktur bangunan dan perwajahannya.

Kalo udah maghrib dateng, senyap sekali. Alhamdulillah ini di tanah Betawi. Banyak anak-anak mengaji, dan suaranya dominan. Hiburan terheboh buat warga kampung saat itu adalah layar tancep. Itu juga buat yang punya duit.

Saya ada di dalam kamar. Dan kamar itu bukan kamar saya. Itu kamar istri saya, peninggalan almarhum ayahnya. Udah gitu, sekarang saya udah jadi suami! Woooyyyy…. Saya udah jadi suami. Gemeteran. Asli. Ga tahu musti ngapain.

Istri saya itu diceritakan oleh ibunya, dan oleh nenek-neneknya adalah termasuk anak perempuan kampung yang selalu menjaga pandangannya. Tangannya pun tidak pernah menyentuh dan disentuh laki-laki yang bukan muhrim. Selain tentu saja suasana gadis kampung beda dengan gadis-gadis sekarang. Sekarang bisa jadi udah ga ada batasan kampung lagi. Relatif sudah maju, dan malah sudah terpengaruh dengan tv. Dan tentu saja, karena faktor usianya Maemunah. Baru 14th. Baru kelas 3 SMP.


GO TO : MARI BER-WISATA HATI BERSAMA

Maemunah cerita ke saya, kalo beliau itu baru tahu wajah saya setelah 6(enam) bulan menikah. Beliau cerita, beliau ga pernah berani mandang wajah saya.
Jangan nanya tentang “malam pertama” ya… He he, puanjang perjalanannya. Beda lah dengan anak-anak sekarang. Malam pertamanya langsung jadi. Bahkan ada yang malam pertamanya jauh sebelom akad! Astaghfirullah. Tapi ya itulah kenyataan.

Sungguh saya saat itu saya mau mengadu, bertanya. Tapi ga tahu musti nanya siapa.
Apa pertanyaan yang mau ditanya? Sampe-sampe koq ga tahu musti nanya siapa?
Ya, sebab malu nanyanya. Pertanyaan seputar gimana caranya “ibadah” dengan istri. Ga paham dari mana mulainya. Duh. Saya tidur bersama dengan doa. Doa agar rumah tangga kami menjadi rumah tangga yang aman dari kejaran hutang dan permasalahan.
Loh? Koq to the point gitu?

Masya Allah. Kalo saya mengenang, saya itu masuk ke gerbang pernikahan dengan deg-degan. Belom saatnya saya berumah tangga. Dan itu lebih disebabkan bukan karena umur Maemunah. Tapi lebih pada diri saya masih banyak masalah hutang dan persoalan-persoalan hidup yang pelik buat saya. Nyangkut urusan perdata dan pidana.
Tapi saya kasih tahu istri saya dan mertua, bahwa insya Allah dengan ibadah dan doa, semua insya Allah bisa dilewati.

(bersambung).

December 16, 2009 Posted by | Cerita | | 19 Comments